Menilik Tonggak-Tonggak Seni Rupa Di Makassar

Makassar boleh dikata belum memiliki infrastruktur seni yang memadai atau mapan. Begitupun klaim sejumlah orang yang melihat bila kawula seni di Makassar belum "melahirkan" atau setidaknya mengembangkan wacana seni apa pun. Anggapan itu mungkin ada benarnya, hanya saja perlu ditilik lagi seperti apa infrastruktur dan wacana seni tersebut dipahami.Makassar punya warna dan kompleksitas masalahnya sendiri. Hal itulah yang setidaknya bisa dieksplorasi lewat perhelatan biennale: menunjukkan seperti apa "warna" praktik dan wacana seni di Makassar. "Biennale" dalam Makassar Biennale tidak berambisi untuk menjadi mega-eksebisi yang menawarkan semangat kebaruan. Sekadar ruang belajar dan "ruang pamer karya". Wacana yang ditawarkan tidak muluk-muluk atau boombastis. Hanya ingin melihat ulang perjalanan panjang seni rupa Makassar yang terbentang dari Leang-Leang hingga sekarang. Boleh dikata, "biennale" dalam Makassar Biennale hanya sarana untuk menampilkan rupanya.