Baebunta Dalam Kerajaan Luwu

Tenrigau, Andi Azis and Tenrigau, Andi Mattingaragau and Chaerul, Andi Molang (2016) Baebunta Dalam Kerajaan Luwu. Yayasan Andi Pandangai dan Balai Kajian Tana Luwu, Tabbaja. ISBN 9789799734020

[thumbnail of 13. Abstrak Buku Baebunta Dalam Kerajaan Luwu_LK_Andi Mattingaragau_Unifa.pdf] Text
13. Abstrak Buku Baebunta Dalam Kerajaan Luwu_LK_Andi Mattingaragau_Unifa.pdf

Download (160kB)

Abstract

Buku ini merupakan Sejarah Kemakolean Baebunta dalam tiga periode: I La Galigo, Lontara, dan Islam. Baebunta awalnya merupakan kerajaan tersendiri pada periode I La Galigo, namun memasuki periode Lontara menyatu dengan Kedatuan Luwu dan menjadi ana’ telluE (setingkat propinsi sekarang).
Pada periode I La Galigo ditandai dengan turunnya enam to manurung (manusia langit yang diagungkan) di Sassa dan di Baebunta dan menjadi cikal Kemakolean (Kerajaan) Baebunta. Pada masa ini Kemakolean (Kerajaan) Baebunta berdiri sendiri terpisah dengan Kedatuan Luwu. Bentuk pemerintahannya tunggal dan berpusat pada To Manurung (Raja). Periode ini juga ditandai munculnya tari Jaga Bone Balla’. Priode Lontara ditandai dengan bergabungnya Kemakolean Baebunta ke Kedatuan Luwu.Pembagian kewenangan mulai diterapkan. Makole (raja atau pemimpin) membawahi 5 lima balailo yang mewakili daerahnya masing-masing. Balailo ini juga bertindak sebagai DPR atau perwakilan. Mangkatnya Makole Raja Dewa membuat suhu politik memanas. Banyak daerah bawahan memisahkan diri karena pewaris masih kecil sehingga jabaran lowong. Setelah dewasa barulah diangkat menjadi Makole sehingga atas inisiatifnya daerah yang memisahkan diri kembali disatukan. Periode Islam, ditandai Islam diterima di Kedatuan Luwu pada 1593 Masehi atau 1001 Hijriah. Kemakolean Baebunta berperan penting dalam menentukan diterimanya Islam sebagai agama kerajaan (lihat youtube: https://www.youtube.com/watch?v=4tumvsL46Cw&t=2s). Selalin
itu juga bermunculan banyaknya tari-tarian di tiap daerah. Terjadinya dualisme kekuasaan di Kedatuan Luwu, memosisikan Makole Paboli dalam menyelesaikan konflik saudara adik kakak untuk menjadi Datu/Raja Luwu.
Memasuki masa revolusi Luwu 1905 dan 1946, Baebunta kembali memegang peran penting benteng pertahanan mengusir penjajah. Terbilang perang mulai dari Kolonedale, Wotu, Jalajja, Baebunta, Sabbang, Tarue dan Wae Sule semuanya berada dalam wilayah Baebunta.

Item Type: Book
Subjects: 900 – Sejarah dan Geografi > 950 Sejarah Asia > 959 Sejarah Asia Tenggara
Divisions: Buku
Depositing User: Admin Repository UNIFA
Date Deposited: 19 Oct 2022 03:41
Last Modified: 19 Oct 2022 03:41
URI: https://repository.unifa.ac.id/id/eprint/181

Actions (login required)

View Item
View Item